Thursday, July 30, 2009

meridian nol derajat

Proses penyatuan penetapan bujur nol atau meridian standar hampir berlangsung satu abad, sejak zaman Laplace (1800), John Herschel (1828) disusul kemudian dengan pertemuan International Geographical Congress I (1871) di Antwerp dan International Geographical Congress II(1875) di Roma.

Setelah itu pertemuan The International Meridian Conference yang berlangsung di the Diplomatic Hall of the State Department di Washington DC pada tanggal 1 Oktober 1884 berhasil mengeluarkan resolusi penggunaan meridian Greenwich sebagai meridian nol menggantikan keragaman penggunaan meridian acuan dan dualisme penggunaan meridian acuan untuk peta laut dan peta darat.

Keragaman meridian acuan untuk menentukan jam bagi keperluan sehari-hari dirasakan kurang praktis, manusia bisa kebingungan dalam bertransaksi atau membuat perjanjian satu dengan lainnya.

Setelah melalui perjalanan waktu yang panjang (lebih setengah abad dari resolusi penetapan meridian nol, sebagai contoh awal penggunaan Greenwich sebagai meridian nol misalnya di Perancis pada tahun 1911,di Rusia pada tahun 1924, di Belanda pada tahun 1940) kini di sepakati penggunaan garis bujur yang melewati kota Greenwich merupakan garis bujur nol Planet Bumi dibagi menjadi 24 waktu standar, 12 waktu standar bujur Timur dan 12 waktu standar bujur Barat.

Penetapan wilayah dalam sebuah waktu standar secara teoritis menggunakan bujur standar (bujur geografis yang habis dibagi 15° dengan acuan bujur tempat meridian nol, Greenwich) Namun dalam hal praktis batas bujur tempat keberlakuan waktu standar itu tidak merupakan sebuah garis bujur, tapi lebih bersifat batas kekuasaan wilayah, bentuknya bisa zig-zag. Selain itu tiap negara dapat memilih waktu standar yang dipergunakan dengan berbagai pertimbangan.

myscienceblogs.com

No comments:

Post a Comment